Sunday, July 13, 2008

Breakout

Breakout adalah kejadian dimana ketika harga saham melewati level tertentu, tiba-tiba transaksinya menjadi sangat agresif, harganya melesat dengan cepat dan biasanya diiringi oleh volume yang tinggi. Banyak trader, khususnya short term trader, mencari-cari potensi breakout ini untuk mendapatkan substantial gain dalam waktu singkat. Hal ini bisa dipahami karena pada breakout yang berhasil, gain 5% s/d 20% bisa diperoleh hanya dalam waktu 3 atau 2 hari atau bahkan intra day trading. Dengan pertimbangan di atas, maka sistem "WD Watch List" telah dioptimalkan agar dapat 'menangkap' potensi-potensi breakout pada saat harga telah mendekati titik kritisnya. Sebagian besar potensi breakout bisa 'tertangkap' oleh "WD Watch List", di antaranya adalah :
  1. Breakout pola "Triangle"
  2. Breakout pola "Cup and Handle"
  3. Breakout pola "Double Bottom" dan "Triple Bottom"
  4. Breakout pola "Pennant"
  5. Breakout pola "Flag"
  6. Breakout pola "Reverse Head and Shoulder"
  7. Breakout pola "Rectangle"
  8. Breakout New Highest (Close)
  9. Breakout Consolidation/Sideways
Walaupun beberapa event breakout itu akhirnya gagal, tapi dengan disiplin On Stop dan Stop Loss yang ketat, maka banyak trader memperoleh profit yang jauh lebih besar daripada loss-nya, dengan 'menunggangi' event-event breakout ini. Beberapa trader mengabaikan dan atau ketinggalan event breakout karena trading plan dan atau metode seleksi sahamnya tidak meng-cover saham tersebut pada hari terjadinya breakout. Trading plan berdasar "WD Watch List" akan menjamin anda tidak 'missed' potensi-potensi breakout, khususnya potensi breakout seperti yang disebutkan di atas...

Melanjutkan tulisan tentang breakout, maka berikut ini akan dijelaskan bagaimana "WD Watch List" dioptimalkan untuk menangkap potensi-potensi breakout.

Seperti diketahui, sinyal-sinyal teknikal adalah pendekatan/interpretasi matematis/psikologis atas dinamika market. Karena hanya berupa pendekatan/interpretasi, seringkali hasilnya tidak sesuai dengan kemauan market sebenarnya. Katakanlah sinyal-nya bullish, bisa jadi besok bearish, sebaliknya, ketika sinyal menunjukkan bearish, besoknya malah bullish. Semua sinyal teknikal, secanggih apapun, pasti memiliki margin of error. Untuk menambah keruwetan, perlu dimengerti bahwa akurasi sinyal teknikal tidak linier dengan kerumitan dan kecanggihannya. Banyak terbukti, metode teknikal yang sederhana, dalam beberapa kasus akurasinya lebih tinggi ketimbang metode teknikal yang njlimet. Lebih lanjut, andaipun beberapa metode/sinyal teknikal serempak menunjukkan bahwa suatu saham bullish, belum tentu memang akhirnya kejadian bullish. Sebaliknya cukup satu metode/sinyal teknikal menunjukkan bearish, bisa jadi besoknya kejadian bullish. Analoginya, puluhan fisikawan jenius dikumpulkan, belum tentu dapat merumuskan penemuan sekelas teori relativitas.
Sebaliknya cukup satu super jenius seperti Einstein, maka teori relativitas pun ditemukan. Sayangnya, di dunia analisa teknikal (ataupun di bidang apapun yang terkait dengan ilmu sosial/kerumunan massa) belum ada teori/pemikir yang sekelas Einstein. Elliot Wave pun, yang mendasarkan metodenya pada hukum universal, sering tidak akurat pada gerakan individual saham (apalagi saham gorengan, karena terlalu banyak manipulasi). Nah, kalau metode/sinyal teknikal susah dipegang 'ekornya', terus pakai pegangan apalagi?

Semua investor/trader yang membenamkan uangnya di bursa pasti ingin mencari profit/gain. Keuntungan hanya bisa diperoleh jika ada selisih antara harga beli dan harga jual (long) atau harga jual dan harga cover (short). Profit/gain bukan diperoleh dari sinyal-sinyal teknikal ataupun indikator-indikator (termasuk diantara indikator adalah volume transaksi). Sebagai contoh, premis dasar hubungan antara volume dan harga adalah sbb :
  • Harga naik + Volume naik --> mengarah ke bullish
  • Harga naik + Volume turun --> mengarah ke bearish
  • Harga turun + Volume naik --> mengarah ke bearish
  • Harga turun + Volume turun --> mengarah ke bullish
Seorang bandar (big money) bisa saja melakukan manipulasi dengan melakukan transaksi barang milik sendiri antar beberapa broker sehingga data volume transaksi naik, sementara besoknya harga akan dimainkan, entah naik atau turun tergantung mana yang memberi profit bagi bandar. Keuntungan hanya didapat jika harga telah bergerak. Volume sebesar apapun, sinyal teknikal sebanyak apapun, tidak akan bisa meng-generate profit/gain, selama harga belum bergerak. Dari sini kita melihat bahwa harga adalah faktor primer dibanding volume maupun sinyal-sinyal teknikal yang kemudian menjadi faktor-faktor sekunder.

Dengan pertimbangan di atas, "WD Watch List" menggunakan sistem sorting (pengurutan) saham berdasar harga dari tiap-tiap saham. Tentu tidak relevan untuk mengurutkan saham berdasar nominal harganya terhadap harga saham lain (misal harga INCO dibandingkan dengan harga BNBR). Sama tidak relevannya juga adalah jika pengurutan saham hanya sekedar berdasar alphabet (dimana AALI akan selalu di atas, sementara UNVR selalu di bawah). Untuk mempermudah trader dalam membuat Trading Plan, "WD Watch List" mengurutkan saham secara dinamis (Dynamic Sorting) relatif terhadap level harga breakout masing-masing saham. Dengan demikian, akan terjadi polarisasi antara saham-saham yang sedang berada di dekat level breakout dan saham-saham yang jauh dari level breakout, dimana yang terakhir ini juga memberi peluang gain jika terjadi rebound. Dengan Dynamic Sorting, posisi suatu saham pada tabel "WD Watch List" akan mencerminkan aksi/gerakan harganya. Pada lingkup yang lebih besar, jika posisi satu saham menggambarkan dinamika harga saham tersebut, maka posisi/komposisi dari 50 saham (tepatnya, 49 saham + 1 indeks) menggambarkan situasi/dinamika general/broad market. Cukup dengan pengamatan sekilas, kita bisa tahu, apakah market sedang sakit, sedang sehat, sedang overheat atau sedang mendekati crash/jatuh. Faktanya, beberapa koreksi teknikal (di luar faktor fundamental atau regional) dari general market telah terindikasi pada "WD Watch List" sehari sebelum kejadian. Pemahaman atas situasi general market ini menjadi pertimbangan pertama dalam membuat Trading Plan, karena, seperti kita tahu, pada market yang bearish, masuk ke saham apapun kemungkinan besar akan loss, sedangkan pada market yang bullish, masuk ke saham apapun kemungkinan besar akan profit.

by WD

DISCLAIMER:

The information herein is based on information obtained from sources believed to be reliable, but I do not make any representation or warranty, express or implied, as to its accuracy, completeness, timeliness or correctness for any particular purpose. Opinions expressed are subject to change without notice. Any recommendation contained herein does not have regard to the specific investment objectives, financial situation and the particular needs of any specific addressee. The information herein is published for the information of addressees only and is not to be taken in substitution for the exercise of judgment by addressees, who should obtain separate legal or financial advice. I accept no liability for any direct, special, indirect, consequential, incidental damages or any other loss or damages of any kind arising from any use of the information herein (including any error, omission or misstatement herein, negligent orotherwise) or further communication thereof, even if I have been advised of the possibility thereof. The information herein is not to be construed as an offer or a solicitation of an offer to buy or sell any securities, futures, options or other financial instruments or to provide any investment advice or services. The information herein is not intended for distribution to, or use by, any person or entity in any jurisdiction or country where such distribution or use would be contrary to law or regulation.